
SUATU SIANG, Dika pulang sekolah dengan langkah lemas. “Aduh, lapar banget …,” gumamnya.
Saat memasuki rumah, ia mencium wangi yang menggoda. Ada aroma santan dan rempah yang kuat.
“Nenek masak apa, sih?” tanya Dika penasaran.
Nenek tersenyum, “Coba tebak! Kuahnya kuning, ada mie, tahu, dan telur.”

“Mie kari?”
Nenek tertawa, “Bukan. Ini laksa, makanan kesukaan orang Tangerang!”
Dika melihat panci besar di atas kompor. Kuahnya berwarna kuning keemasan.
Nenek menyiapkan semangkuk laksa hangat untuknya. Ada potongan tahu, suwiran ayam, dan telur rebus di atasnya.
Dika meniup pelan, lalu menyeruput kuahnya. “Hmm … gurih banget! Wangi juga lho, Nek.”

Nenek mengangguk. “Laksa dibuat dari mie, santan, dan bumbu seperti kunyit, serai, dan lengkuas. Nah, wanginya dari daun jeruk.”
Dika makan sambil tersenyum. “Nenek, kuah kuningnya punya rahasia, ya?”
“Betul,” jawab nenek lembut, sudah tahu apa maksud dari pertanyaan Dika itu.
“Rahasianya … dimasak dengan cinta,” kata Dika terkekeh. [*]


