Cerita anak spesial, ilustrasi dibuat oleh Annisa Dwi Multia.

RAFI SEDANG MENIKMATI ROTI COKLAT di meja makan. Ia sangat suka makanan manis. Permen, coklat, kue, semua kesukaannya!
Namun ada satu hal yang sering ia lupakan: menyikat gigi.
Setiap malam, Ibu selalu mengingatkan, “Rafi, jangan lupa sikat gigi sebelum tidur!” Tapi Rafi sering menjawab, “Gak ah, Bu. Nanti langsung tidur aja.”
Setiap pagi, Ibu juga mengingatkannya lagi. “Rafi, sikat giginya jangan buru-buru, ya,” begitu kata Ibu.
Namun Rafi hanya menggosok sebentar, lalu langsung berkumur. Ia berpikir, “Gigi aku baik-baik aja, kok. Gak perlu sering disikat.”

Hari-hari pun berlalu. Rafi tetap makan banyak permen dan malas sikat gigi. Suatu malam, saat Rafi sedang tidur, ia tiba-tiba terbangun karena rasa sakit di giginya.
“Aduh … gigi aku sakit banget!” katanya sambil memegangi pipinya.
“Kenapa, Nak?” kata Ibu yang terbangun karena teriakan Rafi.
“Sakit, Bu … gigi Rafi kayak ditusuk-tusuk …,” jawab Rafi.
Ibu pun menyalakan lampu dan melihat gigi Rafi. “Wah, sepertinya gigi kamu berlubang.”
Rafi meringis kesakitan. “Hiks … kenapa bisa, Bu?”
Ibu menghela nafas pelan. “Mungkin karena kamu jarang sikat gigi dengan benar. Sisa makanan dan gula dari permen bisa membuat gigi rusak.”

Keesokan paginya, Ibu membawa Rafi ke dokter gigi. Di ruang praktik yang berwarna cerah, Rafi duduk di kursi besar yang bisa dibaringkan.
Dokter gigi yang ramah menyapanya. “Halo, Rafi! Dokter periksa ya giginya.”
Rafi mengangguk pelan, sedikit takut. Dokter menyalakan lampu dan memeriksa giginya. “Hmm… ada lubang kecil di gigi belakang kamu. Kita harus bersihkan dan tambal, nih, supaya tidak sakit lagi.”
Saat dokter mulai bekerja, Rafi menggenggam tangan Ibu erat-erat. Ia merasa takut dan menyesal.
Beberapa saat kemudian, dokter selesai menambal giginya. “Sudah, Rafi. Sekarang giginya tidak akan sakit lagi, tapi kamu harus rajin sikat gigi, ya,” kata dokter.
Rafi mengangguk cepat. “Iya, Dok …”

Setelah pulang ke rumah, Rafi hanya bisa makan bubur karena giginya masih terasa ngilu. Ia menatap cermin dan berkata dalam hati, “Mulai sekarang, aku harus rajin sikat gigi. Aku tidak mau sakit gigi lagi.” [*]


